LAILA MAJNUN

Laila Majnun sebuah karya seni novel yang tercetak lebih dari 10.000 eksemplar, karya sastra dari dunia islam selama lebih dari seribu tahun, beragam bentuk penyajian dalam novel ini dalam bentuk prosa puisi dan syair.
Nizami salah satu penulis novel Laila Majnun yang terkenal, penyair dari persia yang di tugaskan oleh sang penguasa kaukasia, shirvanshah 1188 masehi, selesai kurang dari 4 bulan dan sekitar 8000 baris syair yang di tulisnya.
Qais bin Al-Mulawwah sebagai penyair yang gila akan Laila sang pujaan hati, karakter penyair yang selalu membuat syair untuk Sang Laila, syair demi syair di lafalkannya dengan indah dan di sukai banyak orang. Hari demi hari sang Qais yang selalu mendambakan Laila merindu tak henti-hentinya.
Berjalan ke sana kemari tanpa tujuan tanpa tahu siapa dirinya keluarganya, hanya berlantunkan syair dan laila yang ada di benaknya. Sang Qais bersyair:
 Kau penyebab sekaratku berkepanjangan,
Tetapi hasratku padamu membuat kau kumaafkan.
kaulah matahari semntara aku bintang malam,
cahayamu menyurutkan kerlipku yang kelam.
nyala lilin iri padamu.
bunga mawar merekah dalam namamu.
terpisah darimu? Tidak akan pernah!
cinta dan kesetiaanku hanya untukmu. Aku bersumpah!
walau tersiksa, aku akan menjadi sasaran cambukmu,
ketika mati, aku adalah darah yang mengalir dalam nadimu.
Tak kenal diri sendiri hanya Laila Laila dan Laila itulah Qais yang majnun, terdampar di alam yang antah berantah, hanya berpakaian angin malam berselimut hawa dingin yang mencekam, berkawan dengan hewan , dan hidup dengan syair dan kenangan laila. Tak berdaya dan tersiksa dengan cintanya sendiri.
Sampailah pada akhir hayat Laila dengan sakit berkepanjangan, perpisahan yang tragis sedih dan menyiksa Qais sang majnun. Meronta menangis tak tentu, Sang Laila yang di rindu tak pernah kembali tak pernah terlihat senyumnya lagi, hanya batu bisan yang terdampar di pandangan Qais sang majnun. Dan tak lama Sang majnun menyusul Sang laila dalam kematian.
 “sepasang kekasih terbaring dalam kesunyian, disandingkan di dalam rahim gelap kematian. Sejati dalam cinta, setia dalam penantian, satu hati, satu jiwa di dalam surga keabadian”
Itulah gambaran penyair Qais sang majnun yang sangat mencintai Laila sampai-sampai Qais lupa dengan dirinya sendiri.
Novel ini ada yang mengatakan gambaran seorang penyair yang telah sampai pada tingkat tertinggi. Menghilangkan egonya dan sampai ke tingkatan peniadaan diri. Sampai tingkatan hanya pemujaan kepada sang pencipta.
Cinta sebuah ,misteri yang tak terpecahkan oleh logis atau ilmiah, tapi hanya hati yang murni dapat mengerti arti cinta (kepada saudara sanak keluarga dan orang yang tercinta maupun sang pencipta). Cinta manusia kepada manusia, manusia kepada makhluk hidup, mnusia kepada sang pencipta.

 “Only man can know the pain of having something he does not need, while needing something he does not have……”

0 comments: