Menjual Keperawanan
17:42
By
metrik
0
comments
Wanita itu berjalan agak ragu memasuki hotel berbintang lima .
Sang petugas satpam yang berdiri di samping pintu hotel menangkap kecurigaan
pada wanita itu. Tapi dia hanya memandang saja dengan awas ke arah langkah
wanita itu yang kemudian mengambil tempat duduk di lounge yang agak di pojok.
Petugas
satpam itu memperhatikan sekian lama, ada sesuatu yang harus dicurigainya
terhadap wanita itu. Karena dua kali waiter mendatanginya tapi, wanita itu
hanya menggelengkan kepala. Mejanya masih kosong. Tak ada yang dipesan. Lantas
untuk apa wanita itu duduk seorang diri. Adakah seseorang yang sedang
ditunggunya.
Petugas
satpam itu mulai berpikir bahwa wanita itu bukanlah tipe wanita nakal yang
biasa mencari mangsa di hotel ini. Usianya nampak belum terlalu dewasa. Tapi
tak bisa dibilang anak-anak. Sekitar usia remaja yang tengah beranjak dewasa.
Setelah
sekian lama, akhirnya memaksa petugas satpam itu untuk mendekati meja wanita
itu dan bertanya:
"Maaf,
nona ... Apakah anda sedang menunggu seseorang?
"Tidak!
"Jawab wanita itu sambil mengalihkan wajahnya ke tempat lain.
"Lantas
untuk apa anda duduk disini?
"Apakah
tidak boleh? "Wanita itu mulai memandang ke arah sang petugas satpam.
"Maaf,
Nona. Ini tempat berkelas dan hanya diperuntukan bagi orang yang ingin
menikmati layanan kami.''
"Maksud,
bapak?
"Anda
harus memesan sesuatu untuk bisa duduk disini"
"Nanti
saya akan pesan setelah saya ada uang.
Tapi
sekarang, izinkanlah saya duduk disini untuk sesuatu yang akan saya jual
"Kata wanita itu dengan suara lambat.
"Jual?
Apakah anda menjual sesuatu disini?"
Petugas
satpam itu memperhatikan wanita itu. Tak nampak ada barang yang akan dijual.
Mungkin wanita ini adalah pramuniaga yang hanya membawa brosur.
"Ok,
lah. Apapun yang akan anda jual, ini bukanlah tempat untuk berjualan. Mohon
mengerti."
"Saya
ingin menjual diri saya, "Kata wanita itu dengan tegas sambil menatap
dalam dalam kearah petugas satpam itu.
Petugas
satpam itu terkesima sambil melihat ke kiri dan ke kanan.
"Mari
ikut saya, "Kata petugas satpam itu memberikan isyarat dengan tangannya.
Wanita
itu menangkap sesuatu tindakan kooperativ karena ada secuil senyum diwajah
petugas satpam itu. Tanpa ragu wanita itu melangkah mengikuti petugas satpam
itu.
Di
koridor hotel itu terdapat korsi yang hanya untuk satu orang. Di sebelahnya ada
telepon antar ruangan yang tersedia khusus bagi pengunjung yang ingin
menghubungi penghuni kamar di hotel ini. Di tempat inilah deal berlangsung.
"Apakah
anda serius?"
"Saya
serius "Jawab wanita itu tegas.
"Berapa
tarif yang anda minta?"
"Setinggi
tingginya..' '
"Mengapa?
Petugas satpam itu terkejut sambil menatap wanita itu.
"Saya
masih perawan"
"Perawan?
"Sekarang petugas satpam itu benar benar terperanjat. Tapi wajahnya
berseri. Peluang emas untuk mendapatkan rezeki berlebih hari ini.. Pikirnya
"Bagaimana
saya tahu anda masih perawan?''
"Gampang
sekali. Semua pria dewasa tahu membedakan mana perawan dan mana bukan. Ya kan
...''
"Kalau
tidak terbukti?
"Tidak
usah bayar ...''
"Baiklah
..."Petugas satpam itu menghela napas. Kemudian melirik ke kiri dan ke
kanan.
"Saya
akan membantu mendapatkan pria kaya yang ingin membeli keperawanan anda."
"Cobalah."
"Berapa
tarif yang diminta?"
"Setinggi
tingginya."
"Berapa?"
"Setinggi
tingginya. Saya tidak tahu berapa?"
"Baiklah.
Saya akan tawarkan kepada tamu hotel ini. Tunggu sebentar ya."
Petugas
satpam itu berlalu dari hadapan wanita itu.
Tak
berapa lama kemudian, petugas satpam itu datang lagi dengan wajah cerah.
"Saya
sudah dapatkan seorang penawar. Dia minta Rp. 5 juta. Bagaimana?"
"Tidak
adakah yang lebih tinggi?"
"Ini
termasuk yang tertinggi, "Petugas satpam itu mencoba meyakinkan.
"Saya
ingin yang lebih tinggi...''
"Baiklah.
Tunggu disini ..."Petugas satpam itu berlalu.
Tak
berapa lama petugas satpam itu datang lagi dengan wajah lebih berseri.
"Saya
dapatkan harga yang lebih tinggi. Rp. 6 juta rupiah. Bagaimana?"
"Tidak
adakah yang lebih tinggi?"
"Nona,
ini harga sangat pantas untuk anda. Cobalah bayangkan, bila anda diperkosa oleh
pria, anda tidak akan mendapatkan apa apa. Atau andai perawan anda diambil oleh
pacar anda, andapun tidak akan mendapatkan apa apa, kecuali janji. Dengan uang
Rp. 6 juta anda akan menikmati layanan hotel berbintang untuk semalam dan
keesokan paginya anda bisa melupakan semuanya dengan membawa uang banyak. Dan
lagi, anda juga telah berbuat baik terhadap saya. Karena saya akan mendapatkan
komisi dari transaksi ini dari tamu hotel. Adilkan. Kita sama sama butuh
..."
"Saya
ingin tawaran tertinggi ... "Jawab wanita itu, tanpa peduli dengan celoteh
petugas satpam itu.
Petugas
satpam itu terdiam. Namun tidak kehilangan semangat.
"Baiklah,
saya akan carikan tamu lainnya.
Tapi
sebaiknya anda ikut saya.
Tolong
kancing baju anda disingkapkan sedikit.
Agar
ada sesuatu yang memancing mata orang untuk membeli. "Kata petugas satpam
itu dengan agak kesal.
Wanita
itu tak peduli dengan saran petugas satpam itu tapi tetap mengikuti langkah
petugas satpam itu memasuki lift.
Pintu
kamar hotel itu terbuka. Dari dalam nampak pria bermata sipit agak berumur
tersenyum menatap mereka berdua.
"Ini
yang saya maksud, tuan. Apakah tuan berminat? " Kata petugas satpam itu
dengan sopan.
Pria
bermata sipit itu menatap dengan seksama kesekujur tubuh wanita itu ...
"Berapa?
"Tanya pria itu kepada Wanita itu.
"Setinggi
tingginya "Jawab wanita itu dengan tegas.
"Berapa
harga tertinggi yang sudah ditawar orang? "Kata pria itu kepada sang
petugas satpam.
"Rp.
6 juta, tuan"
"Kalau
begitu saya berani dengan harga Rp. 7 juta untuk semalam."
Wanita
itu terdiam.
Petugas
satpam itu memandang ke arah wanita itu dan berharap ada jawaban bagus dari
wanita itu.
"Bagaimana?
"tanya pria itu.
''Saya
ingin lebih tinggi lagi ..."Kata wanita itu.
Petugas
satpam itu tersenyum kecut.
"Bawa
pergi wanita ini. "Kata pria itu kepada petugas satpam sambil menutup
pintu kamar dengan keras.
"Nona,
anda telah membuat saya kesal. Apakah anda benar benar ingin menjual?"
"Tentu!"
"Kalau
begitu mengapa anda menolak harga tertinggi itu ..."
"Saya
minta yang lebih tinggi lagi ...''
Petugas
satpam itu menghela napas panjang. Seakan menahan emosi. Dia pun tak ingin
kesempatan ini hilang.
Dicobanya
untuk tetap membuat wanita itu merasa nyaman bersamanya.
"Kalau
begitu, kamu tunggu ditempat tadi saja, ya. Saya akan mencoba mencari penawar
yang lainnya."
Di
lobi hotel, petugas satpam itu berusaha memandang satu per satu pria yang ada.
Berusaha mencari langganan yang biasa memesan wanita melaluinya. Sudah sekian
lama, tak ada yang nampak dikenalnya. Namun, tak begitu jauh dari hadapannya
ada seorang pria yang sedang berbicara lewat telepon genggamnya.
"Bukankah
kemarin saya sudah kasih kamu uang 25 juta Ripiah.
Apakah
itu tidak cukup? Terdengar suara pria itu berbicara.
Wajah
pria itu nampak masam seketika
"Datanglah
kemari. Saya tunggu. Saya kangen kamu.
Kan
sudah seminggu lebih kita engga ketemu, ya sayang?!"
Kini
petugas satpam itu tahu, bahwa pria itu sedang berbicara dengan wanita.
Kemudian,
dilihatnya, pria itu menutup teleponnya. Ada kekesalan diwajah pria itu.
Dengan
tenang, petugas satpam itu berkata kepada Pria itu: "Pak, apakah anda
butuh wanita ... ???"
Pria
itu menatap sekilas kearah petugas satpam dan kemudian memalingkan wajahnya.
"Ada
wanita yang duduk disana, "Petugas satpam itu menujuk kearah wanita tadi.
Petugas
satpam itu tak kehilangan akal untuk memanfaatkan peluang ini. "Dia masih
perawan..''
Pria
itu mendekati petugas satpam itu.
Wajah
mereka hanya berjarak setengah meter. "Benarkah itu?"
"Benar,
pak."
"Kalau
begitu kenalkan saya dengan wanita itu ..."
"Dengan
senang hati. Tapi, pak ...Wanita itu minta harga setinggi tingginya.''
"Saya
tidak peduli ... "Pria itu menjawab dengan tegas.
Pria
itu menyalami hangat wanita itu.
"Bapak
ini siap membayar berapapun yang kamu minta. Nah, sekarang seriuslah
..."Kata petugas satpam itu dengan nada kesal.
"Mari
kita bicara dikamar saja."Kata pria itu sambil menyisipkan uang kepada
petugas satpam itu.
Wanita
itu mengikuti pria itu menuju kamarnya.
Di
dalam kamar ...
"Beritahu
berapa harga yang kamu minta?"
"Seharga
untuk kesembuhan ibu saya dari penyakit"
"Maksud
kamu?"
"Saya
ingin menjual satu satunya harta dan kehormatan saya untuk kesembuhan ibu saya.
Itulah cara saya berterimakasih ...."
"Hanya
itu ...''
"Ya
...!"
Pria
itu memperhatikan wajah wanita itu. Nampak terlalu muda untuk menjual
kehormatannya. Wanita ini tidak menjual cintanya. Tidak pula menjual
penderitaannya. Tidak! Dia hanya ingin tampil sebagai petarung gagah berani
ditengah kehidupan sosial yang tak lagi gratis. Pria ini sadar, bahwa dihadapannya
ada sesuatu kehormatan yang tak ternilai. Melebihi dari kehormatan sebuah
perawan bagi wanita. Yaitu keteguhan untuk sebuah pengorbanan tanpa ada rasa
sesal. Wanta ini tidak melawan gelombang laut melainkan ikut kemana gelombang
membawa dia pergi. Ada kepasrahan diatas keyakinan tak tertandingi. Bahwa
kehormatan akan selalu bernilai dan dibeli oleh orang terhormat pula dengan
cara-cara terhormat.
"Siapa
nama kamu?"
"Itu
tidak penting. Sebutkanlah harga yang bisa bapak bayar ... "Kata wanita
itu
"Saya
tak bisa menyebutkan harganya. Karena kamu bukanlah sesuatu yang pantas
ditawar."
''Kalau
begitu, tidak ada kesepakatan!"
"Ada
! Kata pria itu seketika.
"Sebutkan!"
"Saya
membayar keberanianmu. Itulah yang dapat saya beli dari kamu.
Terimalah
uang ini. Jumlahnya lebih dari cukup untuk membawa ibumu kerumah sakit.
Dan
sekarang pulanglah ... "Kata pria itu sambil menyerahkan uang dari dalam
tas kerjanya.
"Saya
tidak mengerti ...''
"Selama
ini saya selalu memanjakan istri simpanan saya.
Dia
menikmati semua pemberian saya tapi dia tak pernah berterimakasih.
Selalu
memeras. Sekali saya memberi maka selamanya dia selalu meminta.
Tapi
hari ini, saya bisa membeli rasa terimakasih dari seorang wanita yang gagah
berani untuk berkorban bagi orang tuanya.
Ini
suatu kehormatan yang tak ada nilainya bila saya bisa membayar ...''
"Dan,
apakah bapak ikhlas...?"
"Apakah
uang itu kurang?"
"Lebih
dari cukup, pak ..."
"Sebelum
kamu pergi, boleh saya bertanya satu hal?"
"Silahkan
...''
"Mengapa
kamu begitu beraninya ..."
"Siapa
bilang saya berani.
Saya
takut pak ...
Tapi
lebih dari seminggu saya berupaya mendapatkan cara untuk membawa ibu saya
kerumah sakit dan semuanya gagal.
Ketika
saya mengambil keputusan untuk menjual kehormatan saya maka itu bukanlah karena
dorongan nafsu.
Bukan
pula pertimbangan akal saya yang `bodoh` ...
Saya
hanya bersikap dan berbuat untuk sebuah keyakinan ..."
"Keyakinan
apa?"
"Jika
kita ikhlas berkorban untuk ibu atau siapa saja, maka Allah lah yang akan
menjaga kehormatan kita ... "Wanita itu kemudian melangkah keluar kamar.
Sebelum
sampai di pintu wanita itu berkata:
"Lantas
apa yang bapak dapat dari membeli ini ..."
"Kesadaran..."
.. .
.
Di
sebuah rumah dipemukiman kumuh.
Seorang
ibu yang sedang terbaring sakit dikejutkan oleh dekapan hangat anaknya.
"Kamu
sudah pulang, nak"
"Ya,
bu ..."
"Kemana
saja kamu, nak ... ???''
"Menjual
sesuatu, bu ..."
"Apa
yang kamu jual?"Ibu itu menampakkan wajah keheranan. Tapi wanita muda itu
hanya tersenyum ...
Hidup
sebagai yatim lagi miskin terlalu sia-sia untuk diratapi di tengah kehidupan
yang serba pongah ini. Di tengah situasi yang tak ada lagi yang gratis. Semua
orang berdagang. Membeli dan menjual adalah keseharian yang tak bisa dielakan.
Tapi Allah selalu memberi tanpa pamrih, tanpa perhitungan ...
"Kini
saatnya ibu untuk berobat ..."
Digendongnya
ibunya dari pembaringan, sambil berkata: "Allah telah membeli yang saya
jual...".
Taksi
yang tadi ditumpanginya dari hotel masih setia menunggu di depan rumahnya.
Dimasukannya ibunya kedalam taksi dengan hati-hati dan berkata kepada supir
taksi: "Antar kami kerumah sakit ..."
0 comments: