MasyaAlah !! Satu Gerbong Kereta Api Penuh Dengan Suara Al-Qur’an.. Jangan Lupa Share Artikel Ini
06:20
By
metrik
AZARIA
0
comments
Ada pemandangan yang
begitu menyenangkan di kereta rel listrik (KRL) rute Parung Panjang-Tanah
Abang, Kamis (25/6) siang.
Lantunan merdu ayat
Alquran terdengar sayup-sayup di satu diantara gerbong kereta itu. Suaranya
seolah sahut-menyahut. Terkadang lantunan itu terang, terkadang seolah hilang
lantaran kalah dengan kerasnya decit bunyi rem kereta. Suara-suara merdu
Alquran itu dilantunkan puluhan remaja wanita yang penuhi bangku di gerbong
ketiga.
Lantaran kebetulan
penumpang tidak sangat berjubel, mereka terlihat rapi duduk penuhi bangku di
segi kanan serta kiri. Tangan sekitaran 80-an wanita berhijab itu terlihat
memegang erat Alquran kecil lantaran KRL kerap bergoyang-goyang. Meski
demikian, mereka terlihat khusyuk mendaras Alquran walau penumpang juga keluar
masuk saat KRL berhenti setiap stasiun.
Puluhan pendaras
dadakan ini adalah santri-santri putri Pesantren Terpadu Darul Quran Mulia
Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Keberadaannya di KRL di siang nan
terik itu bukanlah untuk promosi KRL maupun aktivitas pesantren. Seperti
penumpang lain, mereka tengah melancong. ”Kami naik dari Serpong ingin ke
Bekasi, silaturahmi ke satu diantara rekan sekalian khataman, ” tutur Jihan
Afifah, 15, satu diantara santri.
Hadirnya Afifah serta
puluhan beberapa rekannya tidak ayal menyulap gerbong KRL seolah jadi pesantren
dadakan. Situasi gerbong ramai dengan beberapa penumpang, namun bukanlah
penumpang umum, tetapi yang tengah mengaji serta beberapa lagi menghafal
Alquran. Masalah mengaji di KRL, Afifah mengakui sekalipun tidak diperintah
oleh pimpinan ponpes.
Sebagai santri ponpes
penghafal Alquran, menurut remaja asal Tanah Abang, Jakarta Pusat ini, Alquran
yaitu kitab suci yang tidak dapat dilepaskan dari kesibukan hariannya.
Lebih-lebih di bln. yang penuh barokah serta limpahan pahala ini, menurutnya,
beberapa santri
berlomba mendaras
sebanyakbanyaknya. ”Alhamdulillah puasa ini telah khatam satu kali, ” tutur
remaja yang belum lama ini
khatam menghafal 30
juz Alquran itu.
Atiqah, 15, santri
yang lain juga mengakui telah hafal Alquran sesudah tiga th. mondok di Darul
Quran Mulia. Selesai kelulusan, Atiqah serta santri lain saat ini di beri
kebebasan sesaat memegang hp. Di sela mengaji di KRL, mereka juga sesekali
membuka-buka hp untuk chatting, dengarkan musik melalui headshet atau sebatas
bermain.
Walau pemandangan
tidak umum, hadirnya beberapa puluh santri ini malah memperoleh sambutan baik
beberapa penumpang lain. Mereka terlihat tidak terganggu. Bahkan mereka
menilainya hal ini bisa jadi ide supaya penumpang terbiasa memakai waktu luang,
lebih-lebih waktu Ramadan. ”Jujur salut, butuh dibudayakan diluar Ramadan, ”
tutur Ramli, satu diantara penumpang asal Ciputat, Tangerang Selatan.
Di Bln. Suci serta di
dalam aktivitas yang tinggi, banyak warga Jakarta memanglah terpaksa
menggerakkan ritualritual beribadah sunah di ruangan umum. Mereka tetaplah
berusaha mencari keberkahan Ramadan ini tanpa ada kurangi intensitas
pekerjaannya. Basori, PNS yang berkantor di lokasi Lapangan Banteng, Jakarta
Pusat mengakui setiap di KRL sebisa mungkin dia meluangkan untuk mendaras
Alquran.
Tidak mesti menenteng
kitab suci, mendaras saat ini lebih praktis seperti melalui smartphone. Dengan
cara ini, dia berusaha berlaku adil (ta’ adul) dalam membagi saat pada bekerja
serta beribadah. Banyak keutamaan serta keberkahan di bln. Ramadan bikin orang
tidak menginginkan melupakan demikian saja.
Biasanya mereka
rasakan keteduhan yang begitu tidak sama waktu menggerakkan beribadah daripada
hari umum. Bahkan juga Ramadan malah merasa lebih merekatkan persaudaraan
antarsesama. ”Saya pernah waktu berbuka di KRL, tanpa ada dikomando penumpang
sama-sama sharing takjil. Ini keren serta bikin trenyuh, ” papar Mubarak, warga
Depok.
Mengaji, sama-sama
menghormati sesama (tasamuh), serta sharing berikut potret kecil kebiasaan
pesantren yang tidak merasa sudah dikerjakan beberapa orangorang Jakarta saat
di ruangan umum. Di dalam desakan hidup ibu kota yang semakin ketat,
nilai-nilai spiritualitas, kesederhanaan serta kebersahajaan itu menjelma walau
baru hanya saat Ramadan.
0 comments: